Hipertensi: Penyebab dan Faktor Risiko
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi medis kronis yg kerap disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena sering tidak menimbulkan gejala awal namun dapat meningkatkan risiko penyakit serius seperti stroke, serangan jantung, aneurisma, dan gagal ginjal. Berdasarkan data, prevalensi penderita hipertensi diprediksi akan meningkat hingga 29% pada tahun 2025. Beberapa faktor utama penyebab hipertensi meliputi pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan tinggi garam dan lemak yg dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, obesitas juga menjadi faktor risiko utama karena dapat meningkatkan hormon leptin yang berkontribusi pada resistensi insulin dan tekanan darah tinggi. Kurangnya aktivitas fisik, stres berlebihan yang memicu peningkatan hormon adrenalin, serta adanya kondisi medis lainnya seperti penyakit ginjal turut berperan dalam terjadinya hipertensi. Oleh karena itu, menjaga gaya hidup sehat, mengurangi konsumsi garam, dan berolahraga secara rutin sangat dianjurkan untuk mencegah serta mengontrol tekanan darah tinggi.
Pengelolaan Hipertensi dan Pengobatan yg Tepat
Untuk mengelola hipertensi, penggunaan obat-obatan yg sesuai menjadi langkah penting yg harus dilakukan di bawah pengawasan apoteker atau tenaga medis. Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) memberikan edukasi tentang beberapa pilihan obat yang umum diresepkan untuk mengontrol tekanan darah, seperti diuretik yg membantu mengurangi penumpukan cairan dalam tubuh, calcium channel blockers (CCB) yang membatasi penggunaan kalsium dalam jantung dan pembuluh darah, serta ACE inhibitor yg bekerja dengan menekan enzim yang memicu peningkatan tekanan darah. Selain itu, beta-blocker sering digunakan untuk menurunkan frekuensi detak jantung agar jantung tidak bekerja terlalu keras. Selain penggunaan obat, perubahan gaya hidup juga penting untuk mendukung efektivitas pengobatan, seperti dengan menerapkan diet sehat, berolahraga secara teratur, serta mengelola stres dengan baik. Konsultasi dengan apoteker atau tenaga medis sangat dianjurkan untuk mendapatkan rekomendasi obat dan dosis yg sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, sehingga risiko komplikasi akibat hipertensi dapat diminimalkan.