Industri Otomotif Nasional Mengalami Penurunan
Sbypresidenku.com – Industri otomotif yang sempat menjadi salah satu pilar manufaktur dalam negeri kini mengalami masa-masa sulit. Pada medio 2010-an, sektor ini berkembang pesat dengan angka penjualan yang konsisten meningkat setiap tahunnya. Namun, tren tersebut berubah drastis pada tahun 2024, seiring dengan menurunnya energi beli masyarakat dan berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor alat angkutan mengalami koreksi sebesar 2,10 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2024. Padahal, di tahun sebelumnya, sektor ini statis mencatat pertumbuhan positif sebesar 7,63 persen yoy. Penurunan ini mencerminkan bahwa industri otomotif sedang berjuang untuk kembali ke masa kejayaannya.
Selain mengalami kontraksi dalam pertumbuhan PDB, kontribusi industri otomotif terhadap perekonomian nasional juga menurun. Sepanjang tahun 2024, sektor ini cuma menyumbang 1,40 persen terhadap PDB nasional, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,49 persen. Nomor ini sekaligus menunjukkan bahwa sektor otomotif sedang mengalami fase penurunan yang signifikan, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan tren pasar dan kebijakan ekonomi yang berlaku.
Penjualan Mobil Turun, Namun Pemain Baru Bermunculan
Penurunan kinerja industri otomotif dipicu oleh melemahnya penjualan mobil sepanjang 2024. Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil di Indonesia secara wholesale (dari pabrikan ke diler) cuma mencapai 865.723 unit. Angka ini menurun sebesar 13,9 persen dibandingkan dengan tahun 2023 yang masih mencatatkan nomor penjualan sebanyak 1 juta unit.
Penurunan ini menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhir sejak 2021. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen semakin selektif dalam membeli kendaraan baru atau menahan diri akibat ketidakpastian ekonomi. Sebelumnya, target tahunan industri otomotif nasional adalah mencapai penjualan 1 juta unit setiap tahun. Namun, pencapaian tersebut kembali meleset setelah sebelumnya juga mengalami penurunan drastis pada periode pandemi Covid-19 di tahun 2020 dan 2021.
Meskipun mengalami penurunan penjualan, industri otomotif Indonesia ternyata statis menarik bagi para pemeran baru. Gaikindo mencatat bahwa jumlah merek yang memasarkan mobilnya di Indonesia bertambah dari 35 merek pada tahun 2023 menjadi 42 merek pada tahun 2024. Peningkatan jumlah merek ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia masih dipandang sebagai salah satu pasar potensial bagi produsen otomotif global.
Dari sisi asal negara, pabrikan asal Jepang tetap mendominasi pasar domestik dengan total 14 merek yang beroperasi di Indonesia. Jepang kemudian disusul oleh Cina dengan 12 merek mobil, kemudian Eropa dengan 11 merek, sementara Amerika Serikat dan Korea Selatan masing-masing memiliki 2 merek, serta India memiliki 1 merek.
Dalam hal penjualan, Jepang tetap menjadi penguasa pasar otomotif Indonesia dengan total penjualan 774.901 unit sepanjang 2024, atau mencakup sekitar 89,51 persen dari total penjualan domestik. Di posisi kedua, merek-merek asal Cina mulai menunjukkan eksistensinya dengan total penjualan 51.246 unit atau 5,92 persen dari total penjualan. Sementara itu, pabrikan asal Korea Selatan dan Jerman masing-masing berhasil menjual 23.411 unit dan 8.540 unit sepanjang tahun tersebut.
Kalau melihat per merek, Toyota masih bertahan sebagai pemimpin pasar otomotif nasional dengan total penjualan sebanyak 288.982 unit, setara dengan 33,4 persen pangsa pasar penjualan mobil di dalam negeri. Posisi kedua diduduki oleh Daihatsu yang berhasil menjual 163.032 unit, fana Honda menempati peringkat ketiga dengan total penjualan 94.742 unit.
Dengan kondisi industri seperti ini, pelaku otomotif di Indonesia perlu melakukan berbagai strategi untuk kembali meningkatkan energi tarik kendaraan mereka di mata konsumen. Inovasi dalam teknologi kendaraan ramah lingkungan serta kebijakan harga yang lebih kompetitif menjadi faktor kunci yang mampu menentukan perkembangan industri otomotif Indonesia di masa mendatang.