Strategi SBY dalam Menghadapi Krisis Ekonomi
Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memimpin Indonesia melewati dua krisis besar, yaitu Krisis Keuangan Global 2008/2009 dan Taper Tantrum 2013/2014. Meskipun menghadapi tantangan ekonomi tersebut, kebijakan SBY berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 6% dalam beberapa tahun masa pemerintahannya. Faktor utama yang ia fokuskan adalah menjaga konsumsi rumah tangga dengan meningkatkan daya beli masyarakat, menaikkan gaji aparatur sipil negara (ASN) setiap tahun, serta menyalurkan bantuan sosial secara tepat sasaran. Selain itu, SBY juga memperhatikan faktor investasi, belanja pemerintah, dan ekspor untuk menjaga stabilitas ekonomi. Pendekatan ekonomi yg lebih terstruktur dan berbasis pada kebijakan rasional serta keseimbangan antara sektor makro dan mikro membantu Indonesia tetap tumbuh dalam kondisi sulit.
Kepemimpinan dan Stabilitas Ekonomi di Tengah Krisis
Salah satu kunci keberhasilan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan SBY adalah kemampuannya dalam mengorkestrasi kerja sama berbagai pihak. Ia mengajak pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, ekonom, serta media massa untuk berperan aktif menghadapi krisis. Dengan memastikan semua unsur ekonomi tetap bergerak dan menjaga komponen pertumbuhan utama, Indonesia tetap mencapai pertumbuhan ekonomi yg kuat meskipun menghadapi tekanan global. Sebagai pemimpin, SBY menekankan pentingnya menjaga optimisme dan kekompakan dalam menghadapi situasi sulit. Hal ini berbeda dengan dekade setelahnya (2014-2024), di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih stabil di kisaran 5%, dengan puncaknya pada 2022 sebesar 5,31%, namun mengalami kontraksi parah sebesar -2,07% pada 2020 akibat Pandemi Covid-19. Pengalamannya menunjukkan bahwa strategi ekonomi yg tepat dan kepemimpinan yg kuat sangat diperlukan dalam menghadapi krisis global.