Aksi Protes Mahasiswa di Yogyakarta dan Kota-Kota Besar Indonesia
Sekitar seribu mahasiswa berpawai di Yogyakarta mengenakan pakaian hitam, mengekspresikan keresahan mereka melalui poster dan spanduk yg menuntut perubahan, empat bulan setelah Prabowo Subianto dilantik sebagai presiden. Protes ini juga terjadi di kota-kota besar lain seperti Jakarta, Medan, dan Makassar, dengan tema “Indonesia Gelap” yg mencuat di media sosial. Aksi mahasiswa ini terutama dipicu oleh pemangkasan anggaran pendidikan yang dialokasikan oleh pemerintah, yang berjumlah lebih dari Rp310 triliun untuk mendanai kebijakan baru, termasuk program makan siang gratis. Herianto, pemimpin mahasiswa di Jakarta, menekankan bahwa pemangkasan anggaran ini berpotensi merugikan sektor pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Mahasiswa dari berbagai universitas mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan pemerintah yg dianggap tidak transparan dan berpotensi memperburuk akses terhadap pendidikan. Mereka juga menuntut evaluasi program makan gratis yg dianggap tidak efektif dan membebani anggaran negara. Dalam menanggapi aksi protes ini, Menteri Sekretariat Negara mengatakan bahwa pemerintah bersedia mempelajari tuntutan mahasiswa, meskipun ada kekhawatiran bahwa pemangkasan belanja negara dapat memengaruhi layanan publik. Walaupun Prabowo Subianto masih memiliki tingkat dukungan yg tinggi, para pengamat politik mengingatkan bahwa ketidakpuasan di kalangan kelas menengah dapat memengaruhi popularitasnya jika pemerintah tidak menangani masalah ini dengan baik.
Spekulasi dan Tantangan Ke Depan
Sikap mahasiswa, yang diwariskan dari nurani kolektif terhadap kebijakan pemerintah, semakin menguat seiring berjalannya tuntutan mereka terhadap pemotongan anggaran pendidikan dan kesehatan. Pemuda di Indonesia menganggap pemangkasan tersebut sebagai tanda bahwa pemerintah tidak memprioritaskan kebutuhan dasar rakyat, terutama di tengah lonjakan harga pangan dan biaya hidup yg semakin tinggi. Salah satu mahasiswa, Rahman Hakim, menekankan pentingnya Presiden Prabowo mendengar suara masyarakat untuk memahami betapa sulitnya keadaan mereka saat ini. Kecemasan ini tercermin dalam keraguan akan efektivitas program-program yang diusulkan, khususnya program makan siang gratis yang diharapkan dapat mendukung anak-anak di sekolah.
Sementara pemerintah menyatakan bahwa perubahan pendanaan tidak akan berdampak langsung pada sektor pendidikan, kekhawatiran tetap ada, khususnya di tengah penurunan populasi kelas menengah yang tercerminkan dalam survei. Direktur eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, menjelaskan bahwa jika pemerintah tidak menanggapi tantangan ini dengan serius, popularitas Prabowo dapat menurun. Aksi protes mahasiswa, yang merupakan demonstrasi terbesar sejak Agustus, menunjukkan bahwa kesadaran sosial di kalangan generasi muda Indonesia semakin meningkat, menandakan bahwa pemerintah harus lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan publik.
