Sbypresidenku.com – Ketidakpastian di Manchester United Pasca Sir Alex Ferguson
Sejak mundurnya Sir Alex Ferguson pada 2013, Manchester United telah mengalami periode yang penuh dengan ketidakpastian dan ketidakkonsistenan. Klub ini telah menunjuk berbagai pelatih dengan reputasi seru, seperti Louis van Gaal, Jose Mourinho, Erik ten Hag, dan kini Ruben Amorim. Mereka semua datang dengan asa mengembalikan kejayaan klub, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi. Bahkan, alih-alih meraih kembali dominasi di Liga Inggris, Setan Merah belum pernah lagi menjuarai Premier League sejak era Sir Alex.
Beberapa trofi memang tetap sempat diraih—dua gelar Piala FA dan Piala Liga, serta satu trofi Liga Europa—meskipun hanya di zaman Mourinho dan Ten Hag. Dalam sepuluh musim terakhir, Manchester United cuma enam kali tampil di Perserikatan Champions, dengan salah satunya didapat setelah menjuarai Liga Europa 2017. Finis terbaik mereka dalam satu dasa warsa terakhir adalah posisi runner-up yang cuma terjadi dua kali, di era Mourinho dan Ole Gunnar Solskjaer. Sayangnya, tren performa mereka terus menurun hingga musim ini, di mana di bawah Amorim, United justru harus terperosok ke peringkat 14, menjadikannya musim terburuk mereka dalam 35 tahun terakhir. Ironisnya, situasi ini mulai mirip dengan era awal kepelatihan Ferguson, yang juga sempat membawa timnya finis di posisi ke-13 pada 1990 sebelum akhirnya bangkit.
Struktur Klub yang Tak Jernih
Seiring dengan menurunnya performa klub di lapangan, Manchester United juga dihadapkan pada masalah lain: ketidakjelasan struktur manajemen. Masalah ini semakin mencuat setelah mantan bek lagi mereka, Raphael Varane, mengungkapkan kepada media mengenai kekacauan internal yang terjadi di klub. “Tak ada mekanisme, proses, dan struktur yang sama,” ujar Varane dalam wawancaranya dengan The Athletic pada Februari 2025. Ia menyoroti bagaimana klub ini tidak mempunyai metodologi yang jelas dalam mengambil keputusan, mulai dari perekrutan pemeran hingga komunikasi internal.
Banyak pemain bintang yang kesulitan tampil maksimal di Old Trafford malah kembali bersinar setelah meninggalkan klub. Ander Herrera, Chris Smalling, Paul Pogba, Jesse Lingard, hingga terbaru Jadon Sancho dan Anthony Elanga semuanya mengalami lonjakan performa setelah tidak lagi berseragam United. Ini memperlihatkan bahwa masalah primer bukan cuma soal kualitas pemeran atau keras kepalanya seorang pelatih, tetapi eksis sesuatu yang jauh lebih mendalam, yaitu ekosistem yang tak mendukung pertumbuhan dan kestabilan tim.
Utang Klub yang Menggunung
Selain kondisi internal yang tidak menentu, Manchester United juga harus berhadapan dengan krisis keuangan akibat utang yang menumpuk selama era kepemilikan Keluarga Glazer. Menurut Financial Times, salah satu sumber utama dari permasalahan finansial ini adalah model kepemilikan berbasis utang yang digunakan sejak akuisisi klub. United juga populer sebagai klub yang boros dalam belanja pemain, namun hasil investasi tersebut belum menunjukkan akibat positif.
Masalahnya semakin pelik sebab regulasi Financial Fair Play (FFP) menghambat United dalam merekrut pemain-pemain akbar untuk mengangkat performa tim. Beberapa pemain dengan harga tinggi seperti Antony, Jadon Sancho, hingga Marcus Rashford akhirnya lebih banyak dipinjamkan ke klub lain untuk mengurangi beban keuangan. Fana itu, pemain-pemain yang sebenarnya statis potensial bagi klub seperti Scott McTominay dan Anthony Elanga justru harus dilego buat menyelamatkan kondisi keuangan.
Beban utang yang sangat akbar juga menghambat rencana klub dalam memperbaiki infrastruktur, termasuk renovasi stadion Old Trafford. Selama kepemilikan Keluarga Glazer, United harus membayar kembang utang sekeliling Rp63 miliar per bulan, dengan total kewajiban utang yang telah mencapai lebih dari Rp21 triliun. Situasi ini semakin meningkatkan rasa frustrasi di kalangan penggemar, yang menuntut perubahan kepemilikan demi menyelamatkan klub dari keterpurukan.
Protes dan Masa Depan Manchester United
Minggu ini, waktu United menghadapi Arsenal, diperkirakan ribuan pendukung akan mengenakan sandang serba hitam di Old Trafford sebagai wujud protes terhadap kepemilikan Glazer. Kalau United kembali menelan kekalahan, maka tekanan bagi pemilik klub akan semakin kuat. Situasi ini mungkin juga menarik kembali minat investor potensial, seperti Sheikh Jassim dari Qatar, yang sebelumnya