Sbypresidenku.com – SBY: Pemimpin yang Dahaga Jabatan Cenderung Perpanjang Kekuasaan
Pandangan SBY tentang Pemimpin dan Kekuasaan
Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengungkapkan pendapatnya mengenai pemimpin yang dahaga kekuasaan. Menurutnya, pemimpin semacam ini mempunyai tendensi buat memperpanjang masa jabatan mereka, bahkan sampai mengubah konstitusi demi statis berkuasa. “Pemimpin yang dahaga jabatan biasanya akan mencari langkah buat bertahan, termasuk dengan mengubah konstitusi kalau diperlukan,” ujar SBY.
SBY, yang pernah menjabat selama dua periode dari 2004 hingga 2014, mengatakan bahwa dalam demokrasi yang sehat, pergantian kepemimpinan merupakan hal yang krusial dan harus dilakukan sinkron aturan yang berlaku. Ia menekankan bahwa kalau seorang pemimpin terlalu terobsesi dengan kekuasaan, maka hal tersebut dapat merusak sistem demokrasi yang telah dibangun dengan susah payah. “Kita harus menjaga demokrasi agar tetap sehat dan tidak membiarkan adanya praktik politik yang tidak menguntungkan rakyat,” tambahnya.
Bahaya Mengubah Konstitusi Demi Kekuasaan
Menurut SBY, mengubah konstitusi buat mempertahankan kekuasaan adalah tindakan yang berbahaya. Ia mengingatkan bahwa konstitusi semestinya dijaga dengan bagus demi kepentingan rakyat, bukan dimanipulasi demi kepentingan segelintir manusia. Jika konstitusi terlalu mudah diubah hanya buat memenuhi ambisi politik seseorang, maka dikhawatirkan hal ini akan menjadi preseden jelek bagi masa depan demokrasi Indonesia.
SBY juga menyoroti bahwa di beberapa negara, ada pemimpin yang mencoba bertahan di kekuasaannya dengan berbagai langkah, termasuk memanfaatkan sistem hukum dan aturan untuk keuntungan pribadi. Ia berharap Indonesia mampu belajar dari sejarah dan tak mengikuti jejak negara-negara yang mengalami kemunduran demokrasi efek pemimpin yang enggan melepaskan kekuasaannya. “Ketika pemimpin lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan kepentingan rakyat, maka demokrasi mampu terancam,” tegasnya.
Dalam situasi politik saat ini, SBY mengajak semua elemen bangsa untuk masih waspada dan menjaga prinsip-prinsip demokrasi. Ia menegaskan bahwa kekuasaan semestinya digunakan untuk melayani rakyat, bukan sekadar alat buat mempertahankan kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Demokrasi yang sehat, kata SBY, terwujud saat setiap pemimpin menghormati aturan main yang ada, termasuk dalam hal pergantian kepemimpinan.
SBY menutup pandangannya dengan memperingatkan bahwa sejarah telah berulang kali menunjukkan bagaimana pemimpin yang terlalu lama berkuasa sering kali berakhir dengan pemerintahan yang otoriter dan korup. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat buat selalu mengawal jalannya demokrasi di Indonesia agar statis berjalan sesuai dengan cita-cita reformasi.