Industrialiasi dan Hilirisasi sebagai Agenda Ekonomi Prabowo
Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memberikan pandangannya mengenai strategi ekonomi yang diusung Presiden Prabowo Subianto untuk mengatasi stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia, SBY menekankan bahwa industrialisasi dan hilirisasi merupakan kebijakan yg tepat guna mengangkat perekonomian dari kondisi stagnan selama satu dekade terakhir. Menurutnya, selama periode 2014-2024, sektor manufaktur mengalami kemunduran dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yg turun ke kisaran 18-19%, serta pertumbuhan yang hanya mencapai 4,43%, di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5%. SBY membandingkan kondisi tersebut dengan eranya, di mana kontribusi manufaktur terhadap PDB masih mencapai 22-23%. Oleh karena itu, ia mendukung penuh langkah Prabowo dalam memperkuat kembali sektor industri demi menggerakkan ekonomi nasional.
Pentingnya Menjaga Keseimbangan antara Hulu dan Hilir
Meskipun mendukung hilirisasi, SBY mengingatkan agar kebijakan ini tidak mengesampingkan sektor hulu, seperti pertanian, pertambangan, dan kelautan, yang menjadi bagian penting dalam rantai pasokan industri. Ia menekankan bahwa tanpa industri hulu yang kuat, hilirisasi tidak akan berjalan optimal. Jika sektor hulu mengalami kerusakan akibat eksploitasi berlebihan atau kebijakan yg kurang tepat, industri hilir juga akan terdampak negatif. Oleh karena itu, keseimbangan antara sektor hulu dan hilir harus tetap dijaga agar industrialisasi dapat berkelanjutan dan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian nasional. Dengan strategi yg tepat, SBY yakin Prabowo dapat membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik melalui penguatan industri berbasis sumber daya dalam negeri.