Sbypresidenku.com – Profil Keluarga Lukminto, Pemilik PT Sritex yang Pernah Berjaya di Industri Tekstil
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) merupakan salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang kini menghadapi kebangkrutan. Di balik kejayaan dan kejatuhan perusahaan ini, terdapat nama akbar keluarga Lukminto yang telah membangun serta mengembangkan Sritex hingga mencapai puncak kesuksesannya. Perusahaan ini didirikan oleh HM Lukminto, seorang pengusaha berdarah Tionghoa yang memulai usaha tekstilnya dari nol. Setelah beliau mati pada tahun 2014, estafet kepemimpinan Sritex diteruskan kepada putranya, Iwan Setiawan Lukminto, yang menjadi Presiden Direktur perusahaan tersebut.
Sritex dikenal sebagai produsen kain seragam militer untuk berbagai negara dan telah mencatatkan namanya di pasar dunia. Keberhasilannya dalam industri tekstil membuat perusahaan ini sempat menjadi pemain dominan di Asia Tenggara. Namun, seiring berjalannya ketika, berbagai tantangan mulai menghantui keberlangsungan bisnis ini. Masalah utang, persaingan industri, serta efek pandemi COVID-19 menjadi pukulan telak bagi Sritex, yang akhirnya harus mengumumkan kebangkrutannya.
Perjuangan Lukminto dalam Membangun Sritex
HM Lukminto memulai usahanya dengan toko tekstil mini di Pasar Klewer, Solo, pada tahun 1966. Berbekal kerja keras dan visi yang tajam, beliau mampu mengembangkan bisnis ini menjadi industri tekstil terbesar di Indonesia. Lewat penemuan serta ketekunan, Sritex berkembang pesat dengan memperluas lini produksinya, mulai dari pemintalan benang hingga pembuatan kain siap guna. Produk mereka bahkan dipercaya oleh berbagai instansi pemerintah dan militer di banyak negara.
Setelah HM Lukminto wafat, tanggung jawab besar anjlok ke tangan putranya, Iwan Setiawan Lukminto. Sebagai penerus bisnis keluarga, Iwan berusaha mempertahankan kejayaan perusahaan dengan melakukan berbagai ekstensi dan modernisasi. Tetapi, di lagi upayanya, Sritex harus menghadapi tantangan akbar, termasuk krisis ekonomi akibat pandemi yang menyebabkan permintaan pasar menurun drastis.
Keputusan Penutupan Sritex dan Dampaknya
Guncangan finansial yang dialami Sritex mencapai puncaknya waktu perusahaan tidak bisa memenuhi kewajibannya terhadap kreditor. Akibat tekanan utang yang semakin membesar, manajemen akhirnya mengambil keputusan buat menutup permanen perusahaan ini. Keputusan tersebut tentu membawa dampak besar, terutama bagi ribuan karyawan yang selama ini menggantungkan hayati mereka pada Sritex.
Penutupan Sritex juga memberikan sinyal serius terhadap industri tekstil nasional yang semakin tergerus oleh produk impor dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Di balik perjalanannya yang panjang, kisah Sritex menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana kesuksesan akbar juga harus diiringi dengan strategi bisnis yang adaptif terhadap perubahan era.
Kini, keluarga Lukminto yang dulu dikenal sebagai pemilik kerajaan tekstil terbesar di Asia Tenggara harus menghadapi realita pahit atas jatuhnya perusahaan yang telah mereka bangkit selama puluhan tahun. Kejayaan Sritex kini tinggal kenangan, namun semangat dan perjuangan keluarga Lukminto di internasional bisnis masih dinantikan dalam bentuk inovasi baru di masa depan.