Komentar Ahmad Sahroni Terkait Cuci Manual Pesawat F-16 TNI AU
Anggota DPR RI, Ahmad Sahroni, berkomentar mengenai video prajurit TNI AU yg mencuci pesawat jet tempur F-16 secara manual dan viral di media sosial. Dia menilai bahwa kritik yg muncul terhadap metode pencucian tersebut tergolong kampungan, karena mencuci pesawat secara manual merupakan praktik yang umum dilakukan di berbagai negara. Sahroni menegaskan bahwa tidak ada yg aneh dari cara prajurit TNI mencuci pesawat tempur, asalkan sistem pesawat dijaga dengan baik. Menurutnya, proses mencuci manual justru memberikan kesempatan bagi teknisi untuk melakukan inspeksi lebih dalam terhadap kondisi pesawat, sehingga potensi kerusakan bisa dideteksi lebih awal.
Lebih jauh, Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma TNI Ardi Syahri, menjelaskan bahwa metode pencucian manual bukan hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga oleh beberapa negara lain yang mengoperasikan pesawat F-16. Metode ini dipilih karena dapat memenuhi standar perawatan yang telah ditetapkan TNI AU dan dilakukan oleh teknisi berpengalaman. Penggunaan cara manual dalam mencuci pesawat memungkinkan inspektor untuk memeriksa bagian penting pesawat dengan lebih detail, menjaga agar pesawat tetap berfungsi dengan baik. Dengan demikian, mencuci pesawat secara manual adalah hal yang wajar dan telah terbukti efektif sebagai bagian dari prosedur perawatan pesawat tempur.
Kepentingan Inspeksi dalam Pembersihan Manual
Marsma Ardi menekankan bahwa pencucian pesawat secara manual memungkinkan para teknisi untuk melakukan inspeksi lebih menyeluruh, memastikan setiap kotoran yang mungkin menempel di bagian vital pesawat bisa terdeteksi. Metode ini juga disebutkan tidak hanya sekadar membersihkan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam perawatan untuk menjaga performa pesawat. Sementara negara-negara lain mungkin memiliki mesin pencuci otomatis, TNI AU memilih untuk tetap menggunakan cara manual yg lebih tradisional, tetapi efektif. Pendekatan berbeda ini menunjukkan bahwa setiap negara memiliki cara masing-masing dalam merawat armada udaranya, dan yang terpenting adalah cara tersebut memenuhi standar keselamatan dan efisiensi.
Sahroni juga menegaskan bahwa tidak ada bahaya dalam melakukan pencucian manual dan mendorong agar TNI AU terus melanjutkan metode ini. Fokus utama, menurutnya, seharusnya tetap pada perawatan sistem penting dari pesawat, bukan pada cara pencuciannya. Dia menuntut agar pihak-pihak yang skeptis terhadap praktik ini untuk lebih memahami prosedur yg dilakukan dan menghindari penilaian yg tidak konstruktif. Dalam pandangan Sahroni, menjaga sikap terbuka dan saling menghargai akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap angkatan bersenjata, terutama dalam pengelolaan perangkat penting seperti pesawat tempur.
Praktik mencuci pesawat secara manual ini memunculkan diskusi yang lebih luas tentang bagaimana setiap instansi harus memiliki keunikan dan kebijakan tersendiri dalam melakukan perawatan. Dengan adanya penjelasan dari para pejabat terkait, diharapkan masyarakat dapat memahami alasan di balik praktik tersebut dan mendukung langkah-langkah yang diambil oleh TNI AU untuk menjaga keselamatan dan kinerja pesawat tempur mereka.